Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Alhamdulillah wa syukrulillah wa sholatu wa sallamu ‘ala rasulillah sayyidina wamaulana Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa mawwalah, amma ba’dah.
Yang terhormat ketua muhadharah
Para alim ulama yang saya taati
Para Ustadz dan Ustadzah yang saya muliakan
Hadirin dan hadirat hadirin dan hadirat sekalian yang berbahagia.
Segala puji hanya milik Allah, yang telah menjadikan bulan Muharram sebagai bulan yang mulia bagi umat Muhammad, Dan menjadi bulan yang paling depan dalam kalender Islam. Saya bersaksi dengan sesungguhnya, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga Allah melimpahkan salam kesejahteraan Kepada beliau, keluarga, dan sahabat-sahabat yang mulia.
Selanjutnya saya haturkan banyak terima kasih kepada saudara pembawa acara, yang telah memberikan waktu kepada saya untuk berpidato dihadapan saudara-saudara sekalian. Pada kesempatan kali ini saya akan berbicara dengan mengambil tema: “Hijrah Menuju Mukmin Sejati”.
Hadirin yang berbahagia!
Marilah kita sambut kedatangan bulan Muharram ini dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat-Nya kepada kita semua. Marilah kita gunakan anugerah kenikmatan itu pada jalan yang diridhai-Nya. Karena jika kita benar-benar mau bersyukur atas nikmat-Nya, maka Allah akan menambah nikmat itu. Sebagaimana tersebut dalam surah Ibrahim ayat 7, Allah SWT berfirman:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7).
Sebagai upaya meningkatkan iman dan takwa kepada Allah, maka melalui datangnya tahun baru Hijiriah ini kita menengok sejarah masa silam, masa perjuangan Nabi SAW dan para sahabat-sahabat beliau dalam menegakkan agama Allah. Sebagaimana diketahui dalam catatan sejarah, bahwa Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau mengembangkan risalah Islam di Mekkah banyak menemui tantangan dan hambatan yang tidak ringan. Orang-orang Quraisy menentangnya, mereka melakukan penganiayaan terhadap sahabat-sahabat beliau dengan tujuan agar Nabi SAW menghentikan dakwahnya. Semakin hari kekejaman dan penganiayaan semakin keras, namun sungguh suatu keajaiban, semakin keras penindasan dan semakin keras penganiayaan, Islam pun semakin berkembang. Tidak satupun orang yang begitu masuk Islam lalu sudi keluar menjadi murtad, sekalipun mereka menerima perlakuan yang sangat kejam dan tidak manusiawi dari kaum kafir Quraisy.
Makin hari kekejaman itu semakin memuncak dan kemudian mencapai puncaknya, mereka sepakat untuk menangkap dan membunuh Nabi Muhammad SAW. Dalam keadaan genting itulah, Rasulullah mendapat perintah hijrah ke Madinah. Maka berhijralah beliau bersama para sahabat menuju kota Yatsrib, yang sekarang dikenal dengan Madinah.
Hadirin yang berbahagia!
Peristiwa hijrah ini menjadi tonggak perjuangan umat Islam untuk selanjutnya. Mereka tidak hanya dikagumi oleh kawan tapi juga disegani oleh lawan. Peristiwa hijrah akan tetap relefan atau cocok dikaitkan dengan konteks ruang dan waktu sekarang ataupun yang akan datang. Nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa hijrah itu akan tetap cocok dijadikan rujukan kehidupan. Banyak sekali hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut. Diantaranya:
Pertama: Hijrah merupakan perjalanan mempertahankan keimanan. Karena iman, para sahabat sudi meninggalkan kampung halaman, meninggalkan harta benda mereka. Karena iman mereka rela berpisah dengan orang yang dicintainya yang berbeda akidah. Iman yang mereka pertahankan melahirkan ketenangan dan ketentraman batin. Kalau batin sudah terasa tentram dan terasa bahagia, maka bagaimanapun pedihnya penderitaan zhahir yang mereka alami tidak akan terasa. Itulah mengapa sebabnya para sahabat mau berjalan di gurun pasir yang panas. Mereka menempuh perjalanan dari Mekkah, menuju Madinah dengan bekal iman. Oleh karena itu, dalam memperingati tahun baru Hijiriah ini, marilah kita tanamkan keimanan dalam diri kita sebagaimana imannya para sahabat. Dan diwujudkan dalam bentuk amal-amal saleh dalam kehidupan ini.
Para hadirin, iman akan membuat hidup seseorang jadi terarah. Kekuasaan dan kebebasan berpikir harus ada imbangannya. Allah tidak hanya menganugerahkan akal pada manusia, tapi juga hati. Kita memang butuh ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi itu bukan segala-galanya yang bisa menjamin kesejahteraan hidup. Tanpa bimbingan hati yang dibalut dengan keimanan, maka ilmu pengetahuan akan melahirkan orang-orang sombong dan melampaui batas. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan keimanan akan membuat manusia semakin sadar akan hakikat dirinya, sehingga timbul pengakuan sebagaimana tersebut dalam surah Ali Imran, ayat 191:
“Ya Tuhan kami, tiada sia-sia Engkau menciptakan ini.... “. (QS. Ali Imran: 191).
Iman juga berfungsi untuk mengendalikan nafsu. Makhluk yang bernama malaikat Cuma dianugerahi akal saja tanpa nafsu. Karena itu, tidak ada malaikat yang mendurhakai perintah Allah SWT. Sebaliknya, binatang hanya diberi nafsu oleh Allah, sehingga wajar kalau tiap hari berbuat salah. Sedangkan manusia diberi kedua-duanya, akal sekaligus nafsu. Jika akal yang menguasai dirinya maka kebenaran akan menang dan meningkat ke derajat Malaikat. Namun kalau nafsu yang mengendalikan dirinya, maka sifat-sifat binatang yang menghiasi perilakunya. Sehingga ia turun derajat ke tataran binatang. Hal ini seperti yang difirmankan oleh Allah dalam surat At-Tiin, ayat 4 dan 5:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya...” (QS. At-Tiin: 4-5).
Hadirin dan hadirat yang berbahagia.
Sedang hikmah kedua, hijrah merupakan perjalanan ibadah. Pada waktu hijrah, dorongan para sahabat untuk ikut berhijrah tidak sama, oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, sebagai berikut:
“Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan bagi tiap orang apa yang diniatkannya. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya demi kepentingan dunianya atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang dihijrahi”. (HR. Bukhari).
Oleh karena itu, semangat ibadah inilah yang harus menjiwai peringatan hijrah yang kita selenggarakan ini dalam rangka memasuki tahun baru Hijiriah.
Kemudian hikmah ketiga, hijrah adalah perjalanan ukhuwwah (persaudaraan). Para hadirin, kita bisa menyimak bersama bagaimana penduduk Madinah manyambut orang-orang Mekkah sebagai saudara. Kemudian mereka bergaul dalam suasana ukhuwwah yang berlandaskan satu keyakinan bahwa semua manusia berasal dari Nabi Adam as dan beliau diciptakan dari tanah. Maka bersatulah orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar sebagai saudara yang diikat oleh satu akidah. Dalam surat Al-Hujurat, ayat 10 Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara”. (QS. Al-Hujurat: 10).
Kaum Muhajirin dan Anshar ini, mandapat jaminan dari Allah akan masuk surga. Sebagaimana disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 100, sebagai berikut:
“Dan orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS. At-Taubah: 100).
Hadirin dan hadirat yang berbahagia.
Demikianlah sekelumit tentang hikmah Nabi SAW yang dapat saya sampaikan dalam pidato ini. Maka marilah dalam mamperingati tahun baru Hijiriah ini kita tanamkan semangat meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Semangat ukhuwwah Islamiyah, bahwa orang mukmin yang satu dengan yang lain adalah saudara. Jika yang satu sakit, maka yang lain ikut merasakan pedih. Dan juga meningkatkan ibadah sebagai media untuk menjaga keseimbangan lahir dan batin. Semoga kita diberi kekuatan iman oleh Allah untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya sebagai wujud dari keimanan, sehingga dapat tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Amiin.
Demikian pidato yang saya sampaikan ada kurang lebihnya saya mohon maaf yang sebanyak-bayaknya. Akhirul kalam.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
Oleh :
Drs. Moh. Syamsi Hasan
Drs. Moh. Amer Nasihin
Moh. Toha Munir S.Hum
Labels:
Pidato Keagamaan
Thanks for reading Pidato Islami: Hijrah Menuju Mukmin Sejati. Please share...!
0 Comment for "Pidato Islami: Hijrah Menuju Mukmin Sejati"