Contoh Pidato | Naskah Pidato | Teks Pidato | Tulis Pidato

Pidato Islami: Mencari Rezeki Yang Halal

Alhamdulillah hilladzi akramnaa bil iimaan, wa a’azzanaa bil islam, wa rafa’na bil ihsan, ahmaduhu subhanahu wata’ala wa asykuruh, allahumma shollia wasallim wa barik ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa mantabi’ahum bi ihsani ila yaumiddin, amma ba’du.

Yang terhormat pimpinan sekolah

Yang terhormat para alim ulama, ustadz dan ustadzah

Yang berbahagia para hadirin sekalian


Mengawali pidato pada kesempatan yang berbahagia ini, saya mengajak para hadirin sekalian, untuk mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini, kita bisa bertatap muka dan saling bersilaturahim, mudah-mudahan kita mendapat Ridha dari Allah SWT. Amin. Selanjutnya Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam-Nya kepada ada utusan-Nya yang terkasih, yaitu Muhammad SAW juga pada keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai hari kemudian.

Saya berdiri disini akan menyampaikan ceramah dengan mengambil tema: “Mencari Rezeki Yang Halal”.

Sering kita temukan dalam pergaulan sehari-hari orang mengeluh dalam mencari penghidupan, lantaran sulitnya lapangan pekerjaan atau mungkin tidak adanya modal untuk usaha. Sehingga banyak orang yang tidak memperhatikan yang halal dan yang haram. Apa saja ditempuh asalkan mendapat uang, tidak lagi memperdulikan aturan-aturan agama. Malah kadang ada yang berdalih: "Apalagi mencari yang halal, yang haram saja sulit dicari". Dan lain sebagainya.

Alangkah memperhatikannya, kalau dalih seperti itu dipegangi dalam mencari rezeki sehari-hari. Padahal kita tahu energi yang kita miliki diberikan oleh Allah lantaran makanan dan minuman yang kita konsumsi, lantas diproses dalam tubuh yang akhirnya menjadi energi. Dan dengan energi itu kita dapat melakukan aktivitas. Kalau begitu halal dan haramnya barang yang kita masukkan ke dalam perut sangat berpengaruh sekali pada gerak dan sikap kita sehari-hari. Apabila sesuatu yang kita makan itu berupa barang yang halal, kemungkinan besar akan mudah dan ringan melaksanakan ibadah dan kebajikan. Sebaliknya bila yang kita makan itu barang yang haram, sangat boleh jadi hanya akan menggerakkan kita melakukan kemaksiatan dan kemungkaran. Maka pantaslah Rasulullah SAW memperingatkan bahwa daging yang tumbuh dari barang yang haram itu tempatnya nanti di neraka.

Saudara-saudara seiman dan seakidah!

Lantas apa saja yang termasuk dalam kategori barang yang haram itu? Secara garis besar, barang yang haram itu ada kalanya barang itu diharamkan oleh agama seperti minuman keras babi, anjing dan lain-lain sebagainya. Adakalanya sebenarnya barang itu halal dimakan tetapi bisa jadi haram karena diperoleh dengan jalan yang dilarang oleh agama. Seperti barang curian, barang hasil korupsi, judi, hasil mengurangi takaran atau timbangan, dan lain-lain sebagainya, maka jadi haram pula barang tersebut. Daging ayam pada asalnya adalah halal dimakan, akan tetapi jika hasil curian, maka jadi haram lah daging tersebut untuk dimakan. Begitu juga barang yang dibeli, atau apa saja itu dibeli dari uang hasil korupsi, atau judi, maka barang tersebut pun akan haram dimanfaatkan. Dan suatu yang diperoleh dari yang haram, bila dimakan akan menghasilkan energi, dan energi itu hanya akan menyeret pelakunya ke dalam api neraka. Bagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’, ayat 10:

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perut mereka, dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)". (QS. An-Nisa’: 10).

Ayat di atas menegaskan bahwa makan harta anak yatim dengan cara aniaya yang dilarang agama itu akan menyeret pelakunya ke dalam neraka Sa’ir. Juga dijelaskan dalam surat Al-Muthaffifin, ayat 1-3:

“Kecelakaan besarlah bagi orang yang curang yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Menimbang untuk orang lain mereka mengurangi". (QS.Al Muthaffifin: 1-3). 

Begitulah perbuatan menakar atau menimbang akan menjadikan pelakunya masuk ke dalam neraka Wail. Dan masih banyak lagi cara-cara yang dilarang oleh agama yang diterangkan baik dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadis Nabi.

Saudaraku seakidah yang dirahmati Allah!

Bagi kita yang telah berkeluarga dan bertanggung jawab atas nafkah anak istri, seharusnya berusaha agar jangan sampai melakukan cara-cara yang diharamkan oleh agama. Naskah yang kita berikan kepada mereka harus kita usahakan dari sesuatu yang halal dan dengan cara yang halal pula. Kasihan mereka bila ikut menanggung resiko dari perbuatan kita yang melanggar aturan agama. Mungkin mereka tidak tahu dari mana kita peroleh sesuatu yang kita berikan kepada mereka. Namun sekalipun mereka tidak tahu, tentu akan merasakan akibatnya pula. Tidak mungkin barang yang haram akan mengarah kepada kebaikan, namun tentu akan akibat sebaliknya yaitu akan mengajak kepada kemaksiatan dan kemungkaran.Sesuatu yang haram akan menjadikan gelap dan kerasnya hati, sehingga sulit diajak kepada kebajikan dan menerima kebenaran. Alangkah ironisnya jika hal itu menimpa diri kita dan anak istri kita. Setiap nasehat dan peringatan agama tidak bisa menembus hatinya. Karena hati telah keras bagai batu, atau bahkan lebih keras dari padanya.

Hadirin yang berbahagia!

Oleh karena itu, mari kita berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan sesuatu yang halal. Kita tahan dan kita tekan hawa nafsu yang mengajak kita untuk tidak menghiraukan aturan-aturan agama. Sebab semuanya untuk kita juga. Sesuatu yang baik dan halal akan menghasilkan kebajikan dan sesuatu yang haram akan menimbulkan kemaksiatan dan kemungkaran. Kebajikan akan dibalas oleh Allah dengan pahala, sebaliknya kemungkaran akan dibalas dengan dosa. Allah adalah Maha Tahu terhadap segala perbuatan hamba-Nya. Apabila kita mau bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar Taqwa, dengan menjalankan apa yang diperintahkan serta menjauhi segala yang dilarang maka Allah akan membebaskan kita dari kesulitan. Allah SWT berfirman:

"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam segala urusannya". (QS. Ath Thalaq: 4).

Dan Allah juga berfirman:

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya".  (QS. Ath Thalaq: 2-3).

Demikian uraian dari saya, bila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati, saya mohon maaf yang sebanyak-banyaknya. Akhirnya, Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Oleh :
Drs. Moh. Syamsi Hasan
Drs. Moh. Amer Nasihin
Moh. Toha Munir S.Hum

Labels: Pidato Keagamaan

Thanks for reading Pidato Islami: Mencari Rezeki Yang Halal. Please share...!

0 Comment for "Pidato Islami: Mencari Rezeki Yang Halal"

Back To Top